WELCOME...*** Eva Harista BLOG

Bismillahirrohmanirrohiiiim….

Alhamdulillah, alladzi ‘allamana bil qalam, ‘allamal insana maa’lam ya’lam...
Puji syukur hamba semoga selalu tercurahkan pada Allah SWT, yang telah mengajari manusia dengan pena. Dia lah yang mengajari manusia apa yang tidak mereka ketahui...

Jumat, 23 Desember 2011

ANALISIS KONFLIK DALAM CERPEN

Pengertian dan macam-macam jenis konflik
Konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan (Wellek & Warren, 1989: 285). Dua kelas ini satu sama lain tidak bisa saling menyesuaikan kehendak, usaha dan maksud-maksudnya. Konflik adalah sesuatu yang tidak menyenangkan (konotasi yang negatif). Itulah sebabnya orang lebih suka memilih menghindari konflik dan menghendaki kehidupan yang tenang.
Akan tetapi, suatu karya sastra seperti novel atau cerpen jika tidak terdapat konflik maka alur ceritanya akan terasa datar dan tidak indah. Untuk itu penulis biasanya selalu memunculkan beragam konflik dalam sebuah cerita, sehingga cerita tersebut akan terasa bermakna bagi siapa pun yang membacanya. Intinya dengan adanya konflik, bisa membuat para pembaca ingin terus membaca cerita tersebut hingga selesai.
Menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2002:124) konflik dibedakan menjadi dua kategori, yaitu konflik internal dan eksternal.
1.        Konflik internal atau kejiwaan adalah konflik yang terjadi dalam hati jiwa seorang tokoh cerita. Jadi konflik ini adalah konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri.
2.        Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu dengan di luar dirinya.
Konflik eksternal ini oleh Jones (1968:30) dibedakan dalam dua kategori lagi, yaitu konflik fisik dan konflik social.
a.        Konflik fisik adalah konflik yang disebabkan oleh adanya perbenturan antara tokoh dengan lingkungan alam.
b.        Konflik sosial adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial atau masalah-masalah yang muncul akibat adanya hubungan antar manusia.

Analisis Konflik Keluarga dalam cerpen “Ketika Harus Memilih”
Umumnya, konflik dalam kisah-kisah cerpen adalah konflik keluarga yang sebab terjadinya dan penyelesaiannya dilakukan dengan mudah. Hal ini seperti cerpen yang akan saya bahas dalam makalah ini yang berjudul “Ketika Harus Memilih” oleh Nani Mulyani, yang dibangun di dalam konflik suami istri dan diselesaikan dengan cara gampangan. Sehingga tidak membuat pembacanya “ger-getan” akan konflik yang dihadirkan.
Faktor-faktor timbulnya konflik dalam keluarga yang mengakibatkan timbulnya kegoncangan kemungkinan bersumber dari: (1) Suami isteri itu sendiri, (2) pengaruh negatif dari orang tua, (3) pengaruh dari anggota keluarga, dan (4) pengaruh dari luar (Solih, 1994:20).
Dalam suatu keluarga tidak ada yang tidak menghadapi masalah, terlepas dari siapa yang tidak melaksanakan kewajiban di antara suami isteri, namun seringkali terjadi ketidakpuasan di antara kedua belah pihak atau kedua-duanya merasa tidak puas, hal ini yang disebut dengan konflik.
Secara cerita, cerpen “Ketika Harus Memilih” sebenarnya bermuatan materi kisah keluarga yang cukup berharga, yaitu wujud keluarga terdidik di kota-kota besar atau kota metropolitan yang disibuki oleh karier dan egoisme, dengan materi yang berlimpah tapi muncul permasalahan dalam keluarga. Cerpen ini menyuguhkan tema yang sangat digemari kaum wanita.
Konflik keluarga dalam cerpen ini dibangun dari peristiwa sederhana dan merembet menjadi persoalan yang rumit . ceritanya cukup memikat , karena daya kisah yang selalu mendorong pembaca untuk tiba di akhir kisah,meski mungkin ending dalam cerita sudah bisa ditebak.
Kepergian Hernowo tidak menampakkan sikap bijaksana seorang diplomat dan kurang mencerminkan sifat orang terdidik yang telah mengenyam ilmu pengetahuan di perguruan tinggi. Yang mana di dalam cerpen ini tokoh Hernowo adalah seorang yang bekerja di Departemen Luar Negeri. Hernowo juga tidak memperlihatkan bahwa ia seorang ayah yang bijaksana, karena tindakannya meninggalkan rumah dan kembali kepada ibunya, hal ini menunjukkan bahwa ia kurang dewasa.
Dari segi tokoh istri (Ariani) juga kurang menampakkan karakter yang dewasa dari seorang istri dan ibu dalam membangun rumah tangga. Bukankah pernikahan adalah penyatuan dua karakter menjadi satu dan masing-masing pihak sudah sama mengetahui karakter masing-masing? Mengapa saat Hernowo akan ditugaskan di Italia sang istri, Ariani, justru menolak? Karena, pada saat yang bersamaan, ia juga telah menemukan apa yang diperjuangkannya dalam karier? Tetapi, bukankah mereka telah menikah selama bertahun-tahun dan Hernowo tidak mungkin mendapat kesempatan ditugaskan di luar negeri tanpa disiapkan oleh waktu-waktu yang panjang? Dengan dibangunnya konflik karena ketidaksiapan sang istri mengikuti tugas suaminya, tampaknya konflik inilah yang dibangun oleh penulis, yang merupakan konflik internal pada tokoh Ariani. Dalam cerpen ini konflik lain juga seperti konflik eksternal yaitu konflik social dalam keluarga.
Tumpuan kisah pada Ariani dan Cicin anaknya sebenarnya dapat dibangun sebuah cerita yang memperlihatkan kekuatan dan kemampuan wanita dalam membela keluarganya. Sebagai wanita karier, Ariani mampu memperlihatkan kekuatan jiwa seorang wanita yang pada dasarnya dapat mandiri tanpa bantuan lelaki. Namun, dalam kisahan yang panjang tentang Ariani, ia bukanlah wanita yang sepenuhnya mampu berdikari, karena ia sebenarnya bukanlah wanita karier yang sesungguhnya. Ia tetap saja seorang ibu rumah tangga dan seorang istri. Dengan kepergian Hernowo, ia merasa kehilangan dan khawatir tidak mampu mengatasi anak-anak yang kehilangan figure seorang ayah. Dari sinilah terjadi konflik internal dalam tokoh Ariani.

Dalam cerpen ini, masalah keluarga memang merupakan masalah kemanusiaan. Namun, cara penggarapan konflik yang terlalu disederhanakan membuat persoalan yang sangat sensitive dan berharga menjadi hal yang tidak menarik. Mungkin penulis menyajikan cerpen ini sesuai dengan satu sifat dari fiksi populer yaitu penyelesaian yang romantic dan diakhiri secara mengembirakan, seperti dongeng, karena tujuan utama fiksi populer adalah menghibur para pembaca.
“Ketika Harus Memilih” menampakkan kemampuan pengarang menyusun plot dan merangkai cerita yang runtut dan memikat, dengan pengakhiran yang menyenangkan, karena suami istri yang tadinya tenggelam dalam konflik dapat mengatasi persoalan mereka. Sang suami kembali kepada istri dan anak-anaknya serta cinta suami-istri itu semakin besar dengan adanya peristiwa tersebut. Inilah segi-segi indah dari ending cerpen tersebut.

4 komentar:

  1. Tolong dicantumkan daftar pustaka ya bu.. buat referensi.. makasih

    BalasHapus
  2. Judul buku dari Jones (1968) itu apa namanya ya? mohon jawabannya, buat skripsi bu..

    BalasHapus