WELCOME...*** Eva Harista BLOG

Bismillahirrohmanirrohiiiim….

Alhamdulillah, alladzi ‘allamana bil qalam, ‘allamal insana maa’lam ya’lam...
Puji syukur hamba semoga selalu tercurahkan pada Allah SWT, yang telah mengajari manusia dengan pena. Dia lah yang mengajari manusia apa yang tidak mereka ketahui...

Jumat, 23 Desember 2011

PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA ANAK


Pengertian Pemerolehan Bahasa
Ada beberapa hipotesis tentang asal mula bahasa dihubungkan dengan pemerolehan bahasa pada anak. E. Cassier (dalam Abdul Chaer, 1994: 65) berpendapat bahwa pada dasarnya bahasa merupakan pengungkapan gagasan serta ekspresi perasaan atau emosinya. Ia berpendapat bahwa jeritan-jeritan yang keluar dari seorang anak (bayi) merupakan ungkapan emosionalnya.
Istilah pemerolehan merupakan padanan kata acquisition. Istilah ini dipakai dalam proses penguasaan bahasa pertama sebagai salah satu perkembangan yang terjadi pada seorang manusia sejak lahir. Secara alamiah anak akan mengenal bahasa sebagai cara berkomunikasi dengan orang di sekitarnya. Bahasa pertama yang dikenal dan selanjutnya dikuasai oleh seorang anak disebut bahasa ibu (Mother talk).
Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah suatu proses yang diperlukan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang semakin bertambah rumit ataupun teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai ia memilih berdasarkan suatu ukuran atau takaran penilaian, tata bahasa yang baik serta paling sederhana dari bahasa (Abdul Chaer, 1994: 66).

Proses Pemerolehan Bahasa Pertama Anak
Pemerolehan bahasa pertama anak tentunya melalui tahapan-tahapan yang sedemikian rupa sehingga bahasa mereka menjadi fasih. Adapun proses pemerolehan bahasa pertama anak menurut Abdul Chaer (2003; 25) yaitu sebagai berikut.
a.    Kompetensi
Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantic) secara tidak disadari. Kompetensi ini dibawa oleh setiap anak sejak lahir. Meskipun dibawa sejak lahir, kompetensi memerlukan pembinaan sehingga anak-anak memiliki performansi dalam berbahasa.
b.    Performansi
Performansi adalah kemampuan anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Performansi terdiri dari dua proses, yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mengamati atau mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar, sedangkan proses penerbitan melibatkan kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat sendiri.
 Proses Perkembangan Kata dan Kalimat dalam Pemerolehan Bahasa Pertama Anak
Menurut Schaerlaekens dikutip dari Dariyo (artikel: 2010), psikologi perkembangan anak tiga tahun pertama terdapat tiga tahap perkembangan kalimat pada anak usia lima tahun pertama yaitu sebagai berikut.
a.    Periode Prelingual (usia 0-1 tahun)
Periode ini ditandai dengan kemampuan bayi untuk mengoceh sebagai cara berkomunikasi dengan orangtuanya. Pada saat itu bayi tampak pasif menerima stimulus eksternal yang diberikan oleh orangtuanya, tetapi bayi mampu memberikan respons yang berbeda-beda terhadap stimulus tersebut, misalnya bayi akan tersenyum terhadap orang yang dianggapnya ramah dan akan menangis dan menjerit kepada orang yang dianggap ditakutinya.
b.    Periode Lingual Dini (usia 1-1,5 tahun)
Periode ini ditandai dengan kemampuan anak dalam membuat kalimat satu kata maupun dua kata dalam suatu percakapan dengan orang lain. Periode ini terbagi atas tiga tahap yaitu sebagai berikut.
1)    Periode kalimat satu kata yaitu kemampuan anak untuk membuat kalimat yang hanya terdiri dari satu kata yang mengandung pengertian secara menyeluruh dalam suatu pembicaraan.
2)    Periode kalimat dua kata yaitu periode perkembangan bahasa yang ditandai dengan kemampuan anak membuat kalimat dua kata sebagai ungkapan komunikasi dengan orang lain.
3)    Periode kalimat lebih dari dua kata yaitu periode perkembangan bahasa yang ditandai dengan kemampuan anak untuk membuat kalimat secara sempurna sesuai dengan susunan SPO.

c.    Periode Diferensiasi (usia 2,5 – 5 tahun)
Periode ini ditandai dengan kemampuan anak untuk menguasai bahasa sesuai dengan aturan tata bahasa yang baik dan sempurna yaitu kalimatnya terdiri dari subyek, predikat dan objek. Perbendaharaan katanya pun sudah berkembang baik dari segi kualitas dan kuantitas.

Peran Keluarga dalam Pemerolehan Bahasa Pertama Anak
Semua makhluk hidup memiliki bahasa masing-masing sebagai bahasa komunikasi mereka. Menurut Jo Ann Brewer dalam Introduction to early childhood education, sixth edition, dikatakan bahwa “language is defined as a system of communication used by human. It is either produced orally or by sign, and it can be extended to its written form. Jadi bahasa adalah sebuah system komunikasi yang dipakai oleh manusia baik berupa bahasa lisan, maupun tulisan.
Orang tua dan lingkungan mempunyai andil besar terhadap pemerolehan bahasa anak. Dijelaskan dalam aliran behavioristik Tolla (dalam Indrawati, dkk, 2005) bahwa proses penguasaan bahasa pertama dikendalikan dari luar, yaitu oleh rangsangan yang disodorkan melalui lingkungan.
Tarigan (dalam Indrawati, dkk, 2005) mengemukakan bahwa anak mengemban kata dan konsep serta mahkluk social. Tarigan memadukan bahwa konsep pemerolehan belajar anak berasal dari konsep kognitif serta perkembangan social anak itu sendiri. Adapun perkembangan social itu sendiri tidak terlepas dari factor orang-orang yang kehadirannya ada di lingkungan diri anak. Orang–orang yang dimaksud adalah teman, saudara dan yang paling dekat adalah kedua orangtua yaitu ayah serta ibunya. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan oleh kedua orang tua sebagai orang yang pertama kali dekat dengan diri anak ketika menerima bahasa pertama sangat berdampak terhadap anak dalam tahapan pemerolehan bahasa kedua.
Pemerolehan bahasa pertama anak adalah bahasa ibu karena bahasa itulah yang diperolehnya pertama kali. Pemerolehan bahasa pertama terjadi apabila seorang anak yang semula tanpa bahasa kini ia memperoleh bahasa (Safarina, dkk, 2006: 157). Bagi anak, orang tua merupakan tokoh identifikasi. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan jika mereka meniru hal-hal yang dilakukan orang tua (Fachrozi, dkk, 2005: 147).
Anak serta merta akan meniru apapun yang ia tangkap di keluarga dan lingkungannya sebagai bahan pengetahuannya yang baru terlepas apa yang didapatkannya itu baik atau tidak baik. Citraan orang tua menjadi dasar pemahaman baru yang diperolehnya sebagai khazanah pengetahuannya artinya apa saja yang dilakukan orang tuanya dianggap baik menurutnya. Apapun bahasa yang diperoleh anak dari orang tua dan lingkungannya tersimpan di benaknya sebagai konsep perolehan bahasa anak itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan orang tua dalam berbahasa di dalam keluarga (bahasa ibu) sangat dicermati anak untuk ditirukan. Anak bersifat meniru dari semua konsep yang ada dilingkungannya.

Teori tentang Pemerolehan Bahasa Pertama
Abdul Chaer (2003) menjelaskan ada empat teori tentang pemerolehan bahasa, yaitu sebagai berikut.
1.    Teori Behaviorisme oleh B.F Skinner
Pendekatan behavioristik berfokus pada aspek-aspek yang bisa ditangkap langsung dari perilaku linguistik respons yang bisa diamati secara nyata dan berbagai hubungan atau kaitan antara respons-respons itu dan peristiwa-peristiwa di dunia sekeliling mereka. Adapun isi teori behaviorisme dalam pemerolehan bahasa pertama yaitu sebagai berikut.
a.    Teori behaviorisme mulanya adalah teori belajar dalam psikologi yang telah muncul sejak awal 1940-an sampai 1950-an. John B. Watson dianggap sebagai pelopor utama dalam teori ini.
b.    Otak bayi waktu dilahirkan sama sekali seperti kertas kosong (tabularasa), yang nanti akan diisi dengan pengalaman-pengalaman.
c.    Bagi mereka istilah bahasa menyiratkan suatu wujud, sesuatu yang dimiliki dan digunakan, dan bukan sesuatu yang dilakukan. Itulah sebabnya mereka menyebutnya dengan perilaku verbal yang kemudian konsep tersebut tertuang dalam bukunya B.F Skinner yang berjudul Verbal Behaviour (1957).
d.    Kemampuan berbicara dan memahami bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya dan anak dianggap sebagai penerima pasif dari tekanan lingkungannya.
e.    Kekurangan teori ini adalah tidak mampu menjelaskan proses pemerolehan bahasa itu sendiri dan factor kreatifitas dalam penggunaan bahasa serta bagaimana kompetensi bahasa digunakan untuk membuat dan memahami kalimat baru yang belum pernah didengarnya.
f.     Bagi kaum behaviorism bahwa belajar bahasa dan perkembangannya hanyalah persoalan bagaimana mengkondisikan anak dengan cara imitation, practice, reinforcement, and habituation, yang merupakan langkah pemerolehan bahasa.
g.    Dalam pengajaran bahasa, behaviorisme mengembangkan metode drill atau memperbanyak latihan baik dalam bentuk lisan atau tulisan.

2.    Teori Nativisme oleh Chomsky
Pemahaman teori nativisme oleh Chomsky yaitu sebagai berikut.
a.    Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa pertama, anak sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah diprogramkan.
b.    Chomsky mengatakan bahwa bahasa terlalu kompleks untuk dipelajari dalam waktu dekat melalui metode imitation seperti anggapan kaum behaviorisme.
c.    Menurut Chomsky bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia, karena perilaku bahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetic).
d.    Pemerolehan bahasa bukan didasarkan pada nurture (pemerolehan itu ditentukan oleh alam lingkungan tetapi pada nature. Artinya anak memperoleh bahasa seperti dia memperoleh kemampuan untuk berdiri dan berjalan. Anak tidak dilahirkan sebagai tabularasa, tetapi telah dibekali dengan innate properties (bekal kodrati) yaitu faculties of the mind yang salah satu bagiannya khusus untuk memperoleh bahasa yaitu “Language Acquisition Device”.

3.    Teori Kognitivisme
Menurut teori ini, bahasa bukanlah suatu cirri alamiah yang terpisah, melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Bahasa distrukturi oleh nalar. Perkembangan bahasa harus berlandaskan pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi.
Menurut kognitivisme, yang paling utama harus dicapai adalah perkembangan kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar dalam bentuk keterampilan berbahasa. Dari lahir sampai 18 bulan, bahasa dianggap belum ada. Anak hanya  memahami dunia melalui indranya. Anak hanya mengenal benda yang dilihat secara langsung.

4.    Teori Interaksionisme
Teori ini beranggapan bahwa pemerolehan bahasa merupakan hasil interaksi antara kemampuan mental pembelajaran dan lingkungan bahasa. Pemerolehan bahasa itu berhubungan dengan adanya interaksi antara masukan dan kemampuan internal yang dimiliki pembelajar. Setiap anak sudah memiliki LAD sejak lahir. Namun, tanpa ada masukan yang sesuai tidak mungkin anak dapat menguasai bahasa tertentu secara otomatis.
Menurut hemat penulis, factor intern dan ekstern dalam pemerolehan bahasa pertama oleh sang anak sangat mempengaruhi. Benar jika ada teori yang mengatakan bahwa kemampuan berbahasa anak telah ada sejak lahir (telah ada LAD). Hal ini telah dibuktikan oleh berbagai penemuan seperti yang telah dilakukan oleh Howard Gardner. Dia mengatakan bahwa sejak lahir anak telah dibekali berbagai kecerdasan. Salah satu kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan berbahasa. Akan tetapi, yang tidak dapat dilupakan adalah lingkungan juga factor yang mempengaruhi kemampuan berbahasa si anak.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar