WELCOME...*** Eva Harista BLOG

Bismillahirrohmanirrohiiiim….

Alhamdulillah, alladzi ‘allamana bil qalam, ‘allamal insana maa’lam ya’lam...
Puji syukur hamba semoga selalu tercurahkan pada Allah SWT, yang telah mengajari manusia dengan pena. Dia lah yang mengajari manusia apa yang tidak mereka ketahui...

Senin, 19 Desember 2011

CATATAN HATI



Ku kirim senandung Al_fatihah, terkadang malamku tanpa bintang…**

Perjalanan hidup hari demi hari membawaku pada sebuah pilihan. Seuntai kata bijak memang benar adanya, ternyata hidup tak lepas dari sebuah pilihan. Walau keputusan itu atas kesepakatan berdua dan dengan pemikiran yang panjang, tapi tetap saja membuatku masih merasa belum bisa menjadi seorang isteri yang baik.
Awal rencana memang seharusnya aku dan suami melanjutkan studi S2 kami bersama di luar. Akan tetapi, dia belum diberi izin dari tempatnya bekerja. Ini sungguh pilihan berat bagiku. Bagaimana tidak belum genap tiga bulan pernikahan, kami harus berpisah karena aku melanjutkan kuliah di luar daerah. Walaupun suami sangat mendukung, tapi setelah ku jalani hari demi hari tanpanya, malam-malamku tanpa bintang, seakan dunia terasa hampa. Ribuan kata mesra dari sms  dan telpon bergulir setiap saat, tapi tetap saja rindu selalu menggebu. Sebulan sekali pertemuan itu, menjadi hari-hari yang berharga untuk kami. Beruntunglah bagi kalian para isteri yang tidak dipisahkan oleh jarak dan waktu dengan suami tercinta, mengabdilah padanya sebaik mungkin yang kalian bisa.


Tapi bukan itu sesungguhnya yang membuat hatiku gusar. Ada panggilan jiwa dari hatiku yang paling dalam sebagai seorang isteri. Aku seakan merasa bersalah padanya karena tidak bisa setiap hari memberikan keteduhan dan kedamaian disisinya. Walau ia tak pernah menuntut apapun dariku, hanya dengan inisiatif ku sendirilah berusaha terus memberi walau tak pernah ia minta. Kini, dalam sekian waktu yang cukup lama kami tak bisa lagi setiap waktu bersama, melayani dan menyiapkan semua kebutuhannya, memasak untuknya, mencuci pakaiannya, hingga membersihkan wajahnya dan membasuh kakinya sebelum tidur, tidak bisa solat berjamaah dengannya, ibadahpun terasa kurang sempurna. Aku rindu semua itu. Pengabdianku jauh dari sempurna, hanya karena keikhlasan dan keridhoan hati suamiku lah, hingga detik ini aku masih mampu berjuang menyelesaikan studiku. Terimakasih abang atas semangat itu. Tunggu aku pulang, hingga ku benar-benar menyempurnakan pengabdianku kepadamu.
Terlepas dari semua itu, ada hal lain yang mengganjal dibatinku. Biasanya suami yang meninggalkan isteri untuk bekerja atau kuliah. Tapi yang terjadi padaku justru sebaliknya. Aku sungguh takut Allah dan Nabi marah padaku. Akupun mencari tahu tentang hadist hukum seorang wanita meninggalkan rumah untuk mencari ilmu dan aku tak lelah bertanya pada orang tentang hal ini. Hingga ku dapati jawaban itu dan sedikit meneduhkan jiwaku.
Syaikh Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan Alu Salman, mengatakan bahwa; Adapun apabila seorang wanita safar (berpergian) bersama mahramnya, tinggal di tempat yang aman, tidak melakukan safar kecuali bersama mahramnya, tidak campur baur dengan laki-laki, untuk menuntut ilmu syar’i dan menjauhi fitnah, maka hal itu diperbolehkan karena termasuk kewajiban wanita adalah menuntut ilmu. Para sahabat dahulu juga pergi ke rumah-rumah para istri Nabi untuk masalah-masalah penting dan mereka juga belajar kepada para sahabat wanita, bahkan imam Az-Zarkasyi menulis sebuah kitab yang tercetak berjudul “Al-Ijabah Lima Istadrakathu Sayyidah Aisyah ‘Ala Shahabah” (Beberapa kritikan Aisyah kepada sahabat).
Rasulullah shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim.”
Dan Ingatlah selalu wejangan Rasulullah shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam kepada Ibnu ‘Abbâs radhiyallâhu ‘anhumâ,
احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ
“Jagalah (batasan-batasan) Allah niscaya Allah akan senantiasa menjagamu. Jagalah (batasan-batasan) Allah niscaya engkau akan mendapati Allah di hadapanmu.”
Hal yang selalu ku ingat adalah pesan Nabi kepada Fatimah. Ya fatimah... yang lebih utama dari seluruh keutamaan di atas adalah keredhaan suami terhadap isteri. andai kata suami mu tidak redha kepada mu maka aku tidak akan mendoakan mu. ketahuilah wahai fatimah kemarahan suami adalah kemurkaan Allah swt.
Terimakasih suamiku atas keridhoanmu dan keikhlasanmu. Kan ku ingat selalu pesanmu untuk selalu menjaga kesucian diri. Aku mencintaimu karena Allah. Semoga Allah akan segera mempertemukan kita dan selalu menyatukan hati kita kapanpun dan dimanapun. Semua akan indah pada waktunya…***
“Ya Allah Yang Maha Pengasih, terima kasih atas cinta kasihMU.. Yang menghadirkan cinta antara diriku dan suami. Jadikan kami bersyukur dengan kebersamaan. Jadikan kami sabar yang teguh dengan perpisahan. Peliharalah diri seorang isteri ini, peliharalah suamiku – akhlak kami, iman kami, kehidupan kami di dunia dan akhirat…
Izinkan kami merasa bahagia dalam perpisahan. Izinkan cinta kami berlanjutan kekal selamanya di akhirat sana.
Semoga misi dan destinasi hidup yang jelas membawa pernikahan dan percintaan kita ke teduhan kasih Ilahi di dunia dan di syurga…
Amien Ya Robb..***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar